Sirah Nabawiyah - Part 3
-Part 3- Tulisan ini berupa
bersumber dari buku Sirah Nabawiyah karya
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. Terimakasih
syaikh, saya belum pernah mohon izin meringkas buku ini secara resmi, tapi
semoga pahala terus mengalir kepada syaikh setiap ada manfaat dari pembaca
tulisan di blog ini. Bismillahirrohmanirrohiim.. Kebenaran datangnya dari
Allah, kesalahan datangnya dari saya, kebodohan dan fakirnya pengetahuan saya.
Sirah Nabawiyah - Part 3
Gambaran Masyarakat
Arab Jahiliyah
a. Kondisi Sosial
Di kalangan
bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat yang kondisinya berbeda satu
sama lain. Hubungan seseorang dengan keluarga di kalangan bangsawan sangat
diunggulkan dan diprioritaskan. Jika seseorang ingin dimuliakan dan dipuji
karena kemuliaan dan keberaniannya, maka ia harus dibicarakan oleh banyak kaum
wanita. Laki-laki tetap sebagai pemimpin ditengah keluarga yang tidak boleh
dibantah dan setiap perkataannya harus dituruti. Hubungan laki-laki dan wanita
harus melalui persetujuan wali wanita. Seorang wanita tidak bisa menentukan
pilihannya sendiri. Abu Dawud
meriwayatkan dari Aisyah, bahwa
pernikahan pada masa jahiliyah ada 4 macam :
1.
Pernikahan secara spontan; laki-laki mengajukan
lamaran kepada laki-laki yang menjadi wali wanita, lalu ia bisa menikahinya
setelah menyerahkan mas kawin seketika itu juga
2. Seorang laki-laki dapat berkata pada istrinya
yang baru suci dari haid, “temuilah fulan dan berkumpullah dengannya”. Jika
menghendaki, suaminya akan mengambil istrinya kembali setelah jelas
kehamilannya dari “fulan” yang diperintahkannya. Hal ini biasanya dilakukan
untuk mendapat keturunan yang lebih baik dan pintar. Ini disebut “nikah
istibdha”.
3.
Poliandri; Seorang wanita dinikahi banyak
laki-laki. Setelah wanita itu hamil & melahirkan, wanita tersebut akan
menunjuk siapapun diantara laki-laki tersebut sebagai bapak dari anak tersebut.
Lalu laki-laki itu bisa mengambil anaknya.
4.
Laki-laki mendatangi “wanita pelacur”. Jika
wanita tersebut telah hamil dan melahirkan, ia akan mengundang semua laki-laki
yang pernah mengumpulinya. Siapa yang namanya keluar dalam undian, maka ia
berhak mengambil anak tersebut dan tidak bisa menolaknya.
Setelah Allah mengutus Nabi Muhammad, semua bentuk
pernikahan ini dihapus dan diganti sesuai dengan ajaran islam.
Diantara kebiasaan pada masa jahiliyah adalah poligami tanpa batasan maksimal. Mereka bisa menikahi wanita yang saling bersaudara, janda bapaknya dan perceraian ada di tangan kaum laki-laki tanpa ada batasannya. ~~~CMIIW, kemudian Islam mengatur batasan jumlah istri yang boleh dinikahi adalah 2, 3 atau 4 saja, jika suami mampu “adil” (dalam QS. Annisa).
Pada
masa jahiliyahpun, perzinahan tidak dianggap sebagai aib yang mengotori
keturunan. Ada beberapa diantara mereka yang mengubur hidup-hidup putrinya
serta membunuh putranya karena takut miskin dan lapar. Hubungan mereka dalam
satu kabilah sangat kuat dengan landasan aturan sosial fanatisme rasial dan
marga.
b. Kondisi Ekonomi
Perdagangan merupakan sarana yang
paling dominan untuk memenuhi kebutuhan hidup pada saat itu. Tentang
perindustrian atau kerajinan, mereka juga adalah bangsa yang paling
mengenalnya. Sekalipun begitu, di tengah jazirah ada pertanian dan
penggembalaan hewan ternak. Sedangkan wanita menangani pemintalan. Tetapi
kekayaan-kekayaan mereka mengundang pecahnya peperangan, kemiskinan dan
kelaparan.
c. Akhlak
Disamping
keburukannya, masyarakat jahiliyah masih memiliki akhlak-akhlak terpuji,
diantaranya:
1.
Kedermawanan
Mereka saling berlomba-lomba dan membanggakan diri
dalam kedermawanan dan kemurahan hati. Mereka juga suka bermain judi dan minum
khamr. Dari keuntungan judi tersebut, mereka memberi makan orang miskin. Oleh
karena itu, Al-Qur’an mengingatkannya dalam surat Al-Baqarah ayat 219 “Tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya”.
2.
Memenuhi janji
Mereka lebih memilih membunuh anaknya sendiri atau
membakar rumahnya daripada meremehkan janji.
3.
Keengganan menerima kehinaan dan kelaliman
Sikap ini berakibat, mereka menjadi berlebih-lebihan
dalam masalah keberanian, sangat pencemburu dan cepat naik darah. Mereka tidak
mau mendengar kata-kata yang menggambarkan kehinaan dan kemerosotan. Peperangan
akan pecah jika hal tersebut terjadi.
4.
Pantang mundur
5.
Lemah lembut, suka menolong orang lain
Hanya saja kurang tampak, karena mereka berlebih-lebihan dalam keberanian
dan mudah terseret pada peperangan.
6.
Kesederhanaan pola kehidupan badui
Mereka tidak dilumuri warna-warni peradaban dan gemerlapnya. Hasilnya
adalah kejujuran, dapat dipercaya, meninggalkan dusta dan pengkhianatan.
Selesai
pembahasan kondisi bangsa Arab pada zaman Jahiliyah, bagaimana tentang nasab
dan keluarga Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wassalam? To be Continue…
Komentar
Posting Komentar